Wawan Gunawan lesu jika diingatkan soal tagihan yang belum dibayar itu. “Terus terang saya stres,” kata pengusaha pembuatan kaus di Jalan Surapati, Bandung, itu kemarin. Bagaimana tidak. Piutangnya kepada 10 pengurus partai politik mencapai Rp 1 miliar. Satu parpol saja ada yang berutang Rp 570 juta.
Masalah utang-piutang itu berawal dari pemesanan kaus untuk kampanye. Wawan diminta membuat 1.000 hingga 200 ribu kaus dari belasan partai politik. Uang muka ia tetapkan 50 persen. Namun, sisa pembayaran tak kunjung datang meski kaus sudah dibuat. Seretnya pelunasan membuat Wawan mengancam akan membawa kasusnya ke polisi jika sampai tenggat tetap belum dibayar.
Wawan hanya satu dari tiga pengusaha sentra kaus dan spanduk di Jalan Surapati, Kota Bandung, yang bernasib apes selama putaran pemilihan legislatif tahun ini. Menurut Ketua Koperasi Perajin Sentra Kaus dan Spanduk Jalan Suci, Bandung, Marnawie Munamah, total kerugian ketiga pengusaha anggotanya itu mencapai Rp 5 miliar.
Tagihan yang macet dialami pula sejumlah koran lokal yang terbit di Banten. Mereka kesulitan menagih uang pembayaran iklan pemilu yang dipasang calon anggota legislatif. Jumlah tunggakan mencapai ratusan juta rupiah. Menurut anggota staf pemasaran Radar Banten, Eka Setialaksmana, di korannya ada puluhan calon legislator yang belum melunasi tagihan iklan. “Besarnya Rp 5 juta sampai Rp 75 juta per calon,” katanya. Meski begitu, dia menolak menyebutkan siapa calon legislator yang belum membayar karena khawatir mereka malu dan malahan tidak membayar.
Eka menyebutkan, para calon yang berutang itu umumnya berasal dari partai politik besar. Sudah berulang kali ditagih, mereka hanya berjanji akan membayar.
Hal senada dikeluhkan Fikri Hilman dari bagian iklan harian Banten Raya Post. “Puluhan juta yang belum dibayar,” katanya. Dia khawatir tagihan itu tidak dibayar, karena tidak semua calon anggota legislatif itu terpilih dalam pemilu 9 April lalu.
Di Semarang, lain lagi kasusnya. Banyak calon legislator yang terlibat utang kepada perusahaan penyewaan mobil. “Saya sendiri tidak tahu, kenapa seusai pemilu duit mereka sulit keluar,” kata Agus Mansyur, pemilik Safira Rent Car, Semarang.
Tunggakan para calon legislator itu, menurut Agus, nilainya dari Rp 5 juta sampai Rp 16 juta. Biasanya mereka menyewa mobil secara bulanan selama masa kampanye. Duh, belum jadi anggota legislatif saja sudah menyusahkan rakyat.
ANWAR SISWADI | MABSUTI IBNU | ROFFIUDIN
dikirim oleh: reportermilist@gmail.com